www.unik77.tk
all about unik 77 : percaya atau tidak, kalau bisa sih unik setuju ?
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0qGKVBHlsZeCCOuQ6emBLMG4tcncAFkclNwrq4A6Wtzb5a-QAGXbh0lOXet3v-aqJyWXR-_HHnfSyg18KwGd2tqiBv7_tnuBWxNkkHOLlgXsZ6J6wrol2dqRd8pWVIYQ0KuFqmyHhcVXo/s1600-r/Untitled-3.jpg)
sumber :http://tidakmenarik.wordpress.com/2009/06/25/kasus-seputar-tabloid-indonesia-monitor-edisi-49-tahun-i3-9-juni-2009-jelang-pilpres/
JAKARTA (Pos Kota) – Suhu politik Tanah Air terasa kian memanas. Persaingan sesama tim pemenangan antar kubu tak lagi sebatas “sindir menyindir”, melainkan sudah taraf “tuduh menuduh”. Bahkan “tuntut menuntut” antara satu kubu dengan lainnya.
Yang paling anyar, Tim SBY- Boediono menuntut Tim JK-WIranto meminta maaf, karena beredarnya selebaran yang berbaru SARAdi tengah acara kampanye TM JK Wiranto, di Asrama Haji, Medan.
Isi selebaran itu, yang yang diedarkan oleh pria berbaju batik di Asrama Haji, yang dihadiri oleh para ulama dan ibu-ibu pengajian itu, ditujukkan kepada istri Boediono, calon isteri wakil presiden, Herawaty Boediono, mengutip ucapan seorang ulama tuna netra garis keras. “Dari Habib Husain Al Habsy: Apa PKS tidak tahu istri Boediono Katolik?.”
Selebaran yang juga diedarkan kepada wartawan itu merupakan kutipan wawancara dengan tabloid Indonesia Monitor, edisi 49 Tahun I/3-9 Juni 2009 lalu.
DI BANDUNG
Peredaran wawanara Indonesia Monitor itu tak cuma di Medan, melainkan juga di Bandung. Sesaat sebelum Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi , usai menyampaikan ceramah dan konsolidasi menjelang muktamar, di luar masjid disebar selebaran yang dicopy dari tabloid yang isinya provokatif itu.
KH Hasyim Muzadi yang merupakan tokoh PBNU juga dikenal dekat dan bahkan pernah menjadi cawapres Megawaty .
Foto copy-an yang dibarkan itu juga bersumber tabloid Indonesia Monitor edisi yang sama . Dari pantauan wartawan di Bandung, lembaran itu dibawa beberapa orang, lalu hadirin yang ada langsung memintanya. Hampir seluruh hadirin mendapat lembaran tersebut.
Menurut penuturan Nufus, dikutip detik.com Bandung, yang membawa lembaran foto copy an antara lain anggota IPNU (Ikatan Pelajar NU), dan mendapatkan foto copy an dari pihak panitia.
Namun, Ketua Pelaksana Harian PWNU Jabar Moch Surjani Ichsan mengaku tidak tahu menahu tentang pembagian foto copyan tersebut. Bahkan dirinya mengaku baru mengetahui ketika akan dikonfirmasi. “Terus terang saya tidak tahu ini apa, saya tidak tahu,” kata Surjani.
ANDI MALARANGENG MERADANG
“Ini black campaign, kampanye jahat, atau fitnah. Saya tidak tahu ini dilakukan secara sengaja atau tidak, tapi kami menuntut pak JK menjelaskan peristiwa ini, “ ujar juru bicara SBY-Boediono, Rizal Mallarangeng di Bravo Media Center, Jakarta, Rabu (24/6).
“Ibu Boediono sejak lahirnya hingga sekarang Herawati beragama Islam dan salehah,” tandasnya.
Andi yang mengetahui peredaran selebaran itu dari berita televisi mengatakan, kalau selebaran itu memang disebarkan oleh tim kampanye Jusuf Kalla, maka capres tersebut harus minta maf secara terbuka kepada Herawati Boediono. “Yang menjadi keprihatinan kami adalah selebaran itu dibagikan pada saat Pak JK sedang berkampanye,” kata Rizal.
“Namun kalau penyebaran itu tidak dilakukan oleh tim kampanye JK maka kami ingin mendapat penjelasan mengapa hal itu sampai bisa terjadi karena biar bagaimanapun juga Pak Kalla masih menjadi Wakil Presiden,” kata Rizal.
Kubu SBY-Boediono tampaknya benar-benar meradang atas beredarnya artikel bermuatan SARA itu. Terbukti, tim sukses SBY-Boediono, Rizal Mallarangeng tidak melaporkan hal ini ke Badan Pengawas Pemilu terlebih dahulu, melainkan langsung meminta JK meminta maaf.
Tim Kampanye Nasional SBY- Boediono akan melaporkan masalah itu kepada Panwaslu Kota Medan. “Persaingan perlu, tapi jangan serendah itu” kata Andi Malarangeng.
BANTAH
Tim Kampanye Nasional Jusuf Kalla-Wiranto membantah tudingan timnya sebagai penyebar selebaran gelap itu meski beredar di acara kampanye yang menghadirkan tokoh partainya.
Jubir Tim Kampanye nasional JK-Wiranto, Yuddy Chrisnandi menegaskan pihaknya sama sekali tidak mengetahui adanya fotokopian selebaran yang dibagi-bagikan saat kampanye berlangsung di Medan itu.
“Kami baru tahu dari teman-teman wartawan dan kami memastikan tidak ada satupun tim dari kami yang mengedarkan ini,” kata dia di ASEAN International Hotel di Medan Sumatera Utara, Rabu (24/6).
Saat disinggung mengenai permintaan dari tim sukses SBY-Boediono agar JK meminta maaf, Yuddy menilai hal tersebut salah alamat. Pasalnya, selebaran tersebut merupakan berita yang diambil dari tabloid Indonesia Monitor yang kemudian difotokopi dan disebarkan.
“Kalau saya mengetahui sejak awal, saya cegah agar jangan disebarkan. Sebaiknya, tuntut saja Indonesia Monitor atau pak Boediono kan punya hak menjawab,” tukas Yuddi seraya memberi saran.
Jika merasa difitnah, maka Boediono menempuh jalur hukum dan melaporkan kepada Panwaslu, Yuddy menyarankan. Sedangkan mengenai isi berita dari Indonesia Monitor, dia menilai hal tersebut bukanlah selebaran gelap. “Kalau dilihat dari sumber dan narasumbernya, ini bukan selebaran gelap. Ada tabloidnya dan sumbernya yaitu Habib Hussein Al Habsyi,” kata dia.
JK BERTANGGUNG JAWAB
“Kami tidak tahu apakah Pak Kalla mengetahui penyebaran fotocopy itu atau tidak. Karena yang berkampanye itu adalah Pak Kalla yang masih merupakan Wakil Presiden, maka kami ingin mendapat kejelasan dan penjelasanmengenai selebaran gelap itu,” kata Andi Malarangeng lagi di Bravo Center, Jakarta.
Penjelasan itu dinanti-nanti Tim Kampanye SBY-Boediono karena, menurut dia, biar bagaimanapun juga Jusuf Kalla merupakan penanggung jawab tertinggi dalam tim kampanyenya.
Ditegaskan, kalau memang Capres Kalla tidak mengetahui bahwa selama dirinya berkampanye beredar selebaran yang sama sekali tidak mengandung kebenaran, kata dia, maka Kalla harus menegur tim kampanyenya. “Apa salahnya Pak Kalla menegur tim kampanyenya,” kata Rizal.
TANYA TETANGGANYA
Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring, salahsatu partai pendiri SBY-Boediono, juga menegaskan bahwa istri Boediono itu memang benar-benar beragama Islam.
“Ibu Herawati Boediono pernah belajar mengaji pada seorang kader PKS di Jalan Rasamala, di kawasan Bidakara, Jakarta,” kata Tifatul. Bahkan ketika menikah, Boediono dan Herawati juga berlangsung secara Islam. Mertua Tifatul pun ikut menghadiri acara sakral itu.
“Kalau dulu Pak Boediono yang dipertanyakan agamanya, maka sekarang istrinya. Jangan-jangan nanti para tetangga Pak Boediono yang dipertanyakan agamanya,” kata Presiden PKS ketika menyindir para lawan politik Yudhoyono-Boediono, Minggu (21/6) malam. (dms)POSKOTA.CO.ID
2 comments:
kayak begitu mau jadi presiden... baru kampanye aja udah belajar ngaco orang.... mmoga2 ga jadi presiden kalo caranya ngga sehat gitu!
kayaknya kami orang katholik dinegara ini selalu disudutkan, semoga orang katholik di indonesia tahu mana calon presiden yang memiliki latar belakang hitam? tolong orang katholik untuk satu suara !!!
Post a Comment