www.unik77.tk
all about unik 77 : percaya atau tidak, kalau bisa sih unik setuju ?
sumber :http://justnurman.wordpress.com/2009/06/05/waduh-lsi-memaksa-sby-boediono-juara-satu-putaran-saja/
Pemilu Presiden 2009 8 Juli mendatang diprediksikan Lembaga Survei Indonesia (LSI) pimpinan Saiful Mujani hanya terjadi satu putaran. Diprediksikan pula SBY menjadi pemenang mutlak dengan meraih 70%. Sedemikian ekstrimnya hasil survei LSI?
Bila benar demikian, sudah tentu deklarasi di Tugu Proklamasi yang dilakoni JK-Wiranto gagal menggedor popularitas SBY. Klaim sebagai pasangan nusantara, mengundang banyak tokoh untuk testimoni kinerja, idiom islami ‘Jilbab Loro’, serta jargon lebih cepat lebih baik, boleh jadi tak membuat JK mampu menggusur dominasi SBY.
Tidak hanya itu, Mega-Prabowo yang menggelar deklarasi di tempat akhir pembuangan sampah Bantar Gebang juga akan berujung pada kondisi yang serupa. Mega yang hingga rela blusukan ke pasar tradisional mungkin harus memupuskan mimpi kali kedua untuk merebut singgasana kepresidenan.
Survei terbaru institusi pimpinan Saiful Mujani kali ini dilakukan pada 25-30 Mei dengan mengambil tema ‘Isu-isu paling mendesak dan positioning citra capres-cawapres’. Sampel survei sebanyak 3.000 responden dengan teknik multistage random sampling. Sampel yang berhasil dan bisa dianalisis 2999. Dengan jumlah sampel ini, dengan asumsi simple random sampling, margin of error sebesar +/-1,8% pada tingkat kepercayaan 95%.
Dalam survei terbaru LSI diungkap positioning citra capres/cawapres. Kategori integritas menduduki urutan pertama dengan 40%, empati 22%, kompeten 20%, cepat 7%, mewakili variasi agama 3%, kombinasi latar belakang sipil-militer 3%, mewakili variasi daerah 2% dan dari partai 2%.
Dari kategori tersebut, survei LSI mengungkap pasangan SBY-Boediono dinilai responden sebanyak 71% mendekati kriteria tersebut. Disusul Megawati-Prabowo 16%, dan paling buncit JK-Wiranto yang harus puas mendapatkan 8% dan sebanyak 5% responden mengaku belum tahu. “Keunggulan SBY di atas 50 persen ini terjadi sejak Maret 2009, dan menguat sejak hasil pemilu legislatif diketahui secara luas. Ada bandwagon effect pada SBY akibat dari keunggulan Demokrat dalam pemilu legislatif 9 April 2009,” ujar Direktur Riset LSI Kuskrido Ambaradhi Direktur Riset LSI, di Kantor LSI, Kamis (4/6).
Selain itu, LSI juga mengungkapkan temuan menarik dengan pertanyaan kepada responden “Siapa capres yang akan dipilih jika pemilu presiden dilakukan saat survei (25-30 Mei)?” Tak jauh beda dengan hasil kriteria sebelumnya, SBY meraih 71%, Mega 16,4%, dan JK hanya 6% dan sebesar 6,6% responden mengaku belum menentukan pilihan.
Survei tersebut juga mengungkap isu neoliberal yang dituduhkan ke Boediono tak menyurutkan pilihan publik ke SBY dan pasangannya. Terbukti, dukungan pemilih terhadap SBY tak bergeser survei sebelumnya (3 Mei) dengan pilihan cawapres Boediono yaitu 70%. Justru pasangan Mega-Prabowo terjadi penurunan yang mulanya 21% menjadi 18%. Justru terjadi kenaikan di pasangan JK-Wiranto dari sebelumnya 3% survei terbaru menjadi 7%.
“JK-Win mengalami kenaikan dari 3% ke 7% dalam sebulan terakhir, dan yang terganggu oleh kenaikan ini untuk sementara adalah Mega-Pro, bukan SBY-Boediono,” kata pria yang akrab dipanggil Dodi ini.
Merespons hasil survei LSI, anggota Tim Pemenangan JK-Wiranto Indra Jaya Piliang menilai cukup bagus angka 7% bagi JK-Wiranto sebagai modal awal. Terlebih tidak ada pembanding hasil survei sebelumnya. “Saya kira itu angka bagus, karena JK-Wiranto belum kampanye, kita baru deklrasi, konsolidasi partai serta manuver di internal parpol pendukung,” jelas Indra.
Terkait peluang pilpres hanya satu putaran yang dimenangkan SBY-Boediono, ia menegaskan dalam satu bulan menjelang hari H pemilu segala kemungkinan bisa terjadi. Perolehan SBY-Beodiono yang kini 70% bisa diturunkan. “Saya optimistis SBY-Boediono bisa diturunkan,” ucapnya
Kendati demikian, Indra mencatat kritis hasil survei LSI. Menurut dia, survei LSI tidak mengatakan survei pertama, yang muncul LSI cenderung mengatakan hasil survei tersebut adalah lanjutan survei sebelumnya. Terlebih, LSI sudah mengakui dibiayai konsultan kampanye SBY, Fox Indonesia.
“LSI seolah-olah menguji tagline lebih cepat lebih baik dan soal jilbab. Tapi tidak ada pertanyaan soal jilbab. Survei LSI terlalu dipaksakan,” tegasnya.
Bekas pengamat politik CSIS ini menegaskan, analisis survei LSI seolah-olah menyebutkan isu Jawa-luar Jawa, muslim dan muslim tidak mempengaruhi prefensi pemilih. “Padahal dari survei LSI justru terungkap ada pengaruh isu Jawa non Jawa, muslim dan non muslim,” tegas Indra.
Dewan Etik: Survei LSI Tak Etis
Lembaga Survei Indonesai (LSI) telah mempublikasikan survei terbarunya. Namun, diakui LSI bila survei tersebut dibayari oleh konsultan politik SBY-Boediono, Fox Indonesia. Karena melansir survei bayaran itu, LSI dianggap telah melanggar kode etik survei.
“Sebetulnya setiap survei memang harus mencantumkan sumber dananya, jadi yang dilakukan LSI itu sah-sah saja karena mengakui dibiayai oleh Fox Indonesia. Tapi kalau dilihat dari sisi etika, LSI itu sudah melanggar kode etik.”
Demikian nilai anggota Dewan Kode Etik Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (PSOPI) Dedy Nurhidayat, hari ini.
Dedy menjelaskan, etikanya bila survei yang di-hire oleh kandidat tertentu itu hasilnya memang tidak dipublikasikan. Karena hanya dijadikan konsumsi bagi kandidat yang memesannya saja. Kalau survei bayaran dipublikasikan apa lagi datanya dimanipulasi, itu sama saja sebagai bagian dari kampanye kandidat yang memesannya.
“Itu sama saja kampanye, karena survei itu bisa memobilisasikan pendapat publik. Orang yang tadinya belum menentukan pilihannya, tapui karena melihat survei memenangkan calon tertentu maka pilihannya akan mengikuti hasil yang dimenangkan survei itu,” katanya.
Survei LSI kali ini, sambungnya, LSI telah mempertaruhkan kredibilitasnya sebagai lembaga survei yang baik. “Kalau memang itu hasil yang dimanipulasi karena dibayar oleh kandidat tertentu, maka kredibilitas LSI akan turun. Dalam surveinya kali ini, apa yang dipertaruhkan LSI itu cukup besar,” pungkasnya.
Direktur Riset LSI Kuskrido Ambardi, sebelumnya mengakui bila survei LSI kali ini dibiayai oleh Fox Indonesia. “Iya ini dibiayai Fox. Semua keseluruah riset ini dibiayai Fox,” katanya. Meski begitu, pria yang akrab disapa Dodi ini, menolak jika riset yang dilakukan LSI dipengaruhi oleh penyandang dana. Urusan metodologi dan keakuratan data, Dodi menjamin kesahihannya.
Tjahjo: Hasil LSI Kenapa Hanya 70% Bukan 99%?
Hasil Lembaga Survei yang mengunggulkan pasangan SBY-Boediono sebagai pasangan yang memiliki integritas, empati, dan kompetensi sebesar 70 persen menuai protes. PDI Perjuangan menyindir kalau hasil tersebut tanggung.
“Kenapa hanya 70 persen saja, tidak 99 persen saja sebagaimana tim Golkar menyatakan begitu,” kata Ketua PDIP Tjahjo Kumolo di Jakarta Media Centre, Jalan Kebon Sirih, Jakarta, Jumat (5/6/2009).
Dia menjelaskan, dengan hasil tersebut sebaiknya pemilihan presiden tidak usah dilakukan.
“Tetapi kalau lembaga survei yang dibiayai oleh sekelompok capres sudah men-declare 70 persen menang, itu namanya sudah membangun opini kalau tidak perlu adanya pilpres,” tegasnya.
Sebenarnya, lanjut Tjahjo, setiap tim sukses wajar jika memiliki lembaga survei untuk melakukan evaluasi.
“Saya kira siapa pun tim sukses capres, harus memberikan hak politiknya kepada rakyat secara demokratis tidak diarahkan, digiring, atau diopinikan. Soal lembaga survei itu punya statement sah-sah saja,” tegasnya.
“Idealnya lembaga survei harus memberikan proses pendidikan kepada masyarakat juga. Saya kira tim kami juga nanti akan menyiapkan target maksimal dan target minimal. Jika Pak SBY mengklaim 70 persen lebih, itu hak beliau,” tuturnya.
Kubu JK-Wiranto: Survei LSI Subyektif
Hasil survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI) mendapatkan perlawanan dari para lawan-lawan politik SBY-Boediono. Hasil survei tersebut dinilai terlalu subyektif dan condong ke SBY.
“Apa yang ditampilkan sekarang terlalu subjektif,” tegas Juru Bicara tim sukses JK-Wiranto, Indra J Pilliang, usai acara publikasi hasil survei LSI di Jalan Lembang Terusan, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (4/6/2009).
Menurut yang dilakukan pada tanggal 25-30 Mei lalu itu, bukan merupakan waktu kampanye. Bahkan menurutnya, saat survei dilakukan pasangan Mega-Prabowo belum dibentuk.
Sehingga jika pasangan selain SBY-Boediono mengalami penurunan, hal tersebut adalah hal yang wajar. “Saya kira ini karena masa kampanye belum berjalan, belum ada peristiwa politik yang dilakuakan oleh masing-masing pasangan capres-cawapres ketika survei ini dilakukan,” tuturnya. (berbagai sumber)
1 comment:
yg ini aku setuju gan...
Post a Comment