www.unik77.tk
all about unik 77 : percaya atau tidak, kalau bisa sih unik setuju ?
sumber : http://justnurman.wordpress.com/2009/06/07/inilah-prediksi-lembaga-survei-menjelang-pilpres-2009-siapa-paling-akurat/
Genderang perang dalam Pilpres 2009 saat ini sudah semakin memanas. Bukan hanya antara para kandidat Capres-Cawapres, juga perang prediksi antar lembaga survei. Berikut perbandingan prediksi lembaga survei menjelang Pilpres 2009.
LSI : SBY-Boediono Masih Terunggul Dengan Skor 70 Persen
Jika pemilihan presiden dilakukan sekarang, pasangan SBY-Boediono akan keluar sebagai pemenang. Pasangan yang diusung koalisi Partai Demokrat ini memperoleh 70% suara. Mega-Prabowo menyusul berikutnya dengan 18 %, dan JK-Wiranto 7%. 5 persen mengaku tidak tahu dan belum menentukan jawaban.
Demikian hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang disampaikan di Kantor LSI, Jl Lembang Terusan D-57, Jakarta, Kamis (4/6/2009). Survei dilakukan pada tanggal 25-29 Mei 2009 di 33 provinsi, dengan 2999 responden, pada tingkat kepercayaan 95% dengan margin error +/- 1,8 %.
Signifikansi suara SBY-Boediono di atas 50 % itu ternyata tidak jauh berbeda dari hasil survei satu bulan silam. Pada survei yang dilakukan LSI pada tanggal 3 Mei 2009, pasangan yang dideklarasikan di Bandung ini juga meraih 70% suara.
Sementara Mega-Prabowo di angka 21%, dan JK-Wiranto tetap yang ‘terbuncit’ dengan perolehan 3%. Namun perlu dicatat, dalam survei 3 Mei 2009 ini, pasangan JK belum Wiranto, tetapi mantan Panglima TNI Endriartono Sutarto
Keunggulan SBY-Boediono dibanding 2 pasangan rivalnya tidak terlepas dari tingkat elektabilitas SBY. Sejak Maret 2009 hingga akhir Mei 2009 mengalami peningkatan. Pada bulan Maret 2009, elektabilitas SBY di angka 59%. Pada akhir Mei 2009, angka itu meningkat menjadi 71%.
Peningkatan elektabilitas juga terjadi pada JK. Di bulan Maret 2009, Ketua umum Partai Golkar ini angka elektabilitasnya hanya 5 %. Namun akhir Mei 2009 meningkat sedikit menjadi 6%. Penurunan justru terjadi pada Megawati. Pada Maret 2009 angka elektabilitasnya 21%. Di akhir Mei 2009 merosot ke 16%.
LSI juga mencatat, keunggulan elektabilitas SBY di atas 50 % in terjadi sejak Maret 2009, dan menguat sejak hasil pemilu legislatif yang menempatkan Partai Demokrat sebagai peraih suara terbanyak diketahui secara luas. Ada band-wagon effect pada SBY akibat dari keunggulan PD dalam pemilu legislatif 9 April lalu.
Effect ini diprediksi bakal bertahan hingga hari pencontrengan pada 8 Juli. Jika pun effect itu hilang, elektabilitas SBY masih tetap terunggul, karena akan kembali pada angka elektabilitas awal di 60%.
Ditunggangi Capres, LSI Langgar Etika Survei
Hasil survei tingkat elektabilitas pasangan capres-cawapres yang dirilis Lembaga Survei Indonesia (LSI) dinilai tidak sesuai dengan etika survei yang harusnya mengontrol lembaga survei saat melakukan penelitian.
Menurut Direktur Eksekutif Pusat Kajian Strategi Pembangunan Sosial Politik (PKSPSP) Ibramsyah, survey LSI yang menelurkan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY dan Boediono sebagai pasangan yang dipilih 70 persen pemilih menandakan LSI memang sengaja menaikkan citra SBY.
“Yang benar saja lah. Pasti tidak sampai 70 persen. Harus ada kejujuran, kalau hasilnya tidak bisa dibuktikan, itu akan menghancurkan lembaga itu sendiri,” ungkapnya.Menurut dia, sangat mustahi hasil survei LSI bisa dikatakan objektif. Pasalnya, ketiga pasang capres-cawapres mempunyai kekuatan massa yang cukup seimbang.
“Kalaupun SBY unggul, tidak lebih sekitar lima samapi tujuh persen saja selisihnya dengan pasangan lain,” paparnya.
Seperti diketahui, hasil survei LSI pada 25-30 Mei lalu menunjukkan dari 2.999 responden, 71 persen suara memilih SBY-Boediono. Sementara di urutan kedua Mega-Prabowo memperoleh 16 Persen, terakhir JK-Wiranto 8 persen.
Pasangan capres-cawapres SBY-Boediono diprediksi akan memenangi Pilpres 2009 dalam satu putaran saja. Bahkan, pasangan yang dideklarasikan di Sabuga, Bandung, 16 Mei lalu itu akan menang mutlak dengan memperoleh 67 persen.
Menurut Lembaga Survei Nasional (LSN), jika tidak terjadi kecelakaan politik atau upaya yang sangat spektakuler dari para kompetitornya, pasangan SBY-Boediono berpeluang besar dapat memenangkan Pilpres 2009 dalam satu putaran saja.
“Berdasarkan temuan LSN, sebanyak 67,1 persen responden mengaku akan memilih pasangan SBY-Boediono jika pemilihan presiden dilaksanakan hari ini,” ujar Direktur LSN Umar S Bakry dalam rilis yang diterima detikcom, Senin (25/5/2009).
Sebanyak 11,8 persen responden, menurut Umar Bakry, akan memilih Megawati-Prabowo dan hanya 6,7 persen yang mengatakan akan memilih pasangan JK-Wiranto. 13 Persen responden belum punya pilihan, sedangkan 1,6 persen akan golput.
Survei ini dilaksanakan tanggal 15 hingga 21 Mei 2009 di 33 provinsi di seluruh Indonesia. Jumlah sampel 1.230 responden yang diperoleh melalui metode multistage random sampling. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan responden. Margin error 2,8 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.
“Peluang SBY-Boediono menang Pilpres satu putaran sangat terbuka, mengingat responden yang memilih pasangan tersebut mayoritas (88 persen) mengaku sudah mantap dengan pilihannya. Hanya 10,9 persen saja yang menyatakan masih ada kemungkinan berpaling kepada pasangan lain (swing voters),” kata Bakry.
Sementara mereka yang akan memilih Megawati-Prabowo, sebanyak 76,6 persen mengaku sudah mantap terhadap pilihannya dan hanya 18,1 persen yang mengaku masih ada kemungkinan memilih pasangan lain. Sedangkan yang responden yang akan memilih JK-Wiranto baru 56,9 persen yang mengaku sudah mantap terhadap pilihannya.
LRI: SBY 33 %, JK 29 % dan Mega 20 %
Lembaga Riset Informasi (LRI) menyatakan Pilpres akan berlangsung dua putaran. Perolehan suara SBY diperkirakan mencapai 33 persen, JK 29 persen dan Megawati 20 persen.
“Rinciannya SBY mendapat suara 33,2 persen, JK 29,29 persen, Mega 20,2 persen dan undecided voters 18 persen,” kata Direktur Ekskutif LRI Johan Silalahi kepada detikcom, Minggu (7/6/2009).
Menurut Johan, survei itu dilaksanakan di seluruh Indonesia degan melibatkan 2.096 responden. “Pasangan JK-Wiranto mendapatkan dukungan dari eksodusnya massa Islam yang sebelumnya mendukung SBY,” katanya.
Johan juga menantang lembaga survei yang menyatakan Pilpres akan berlangsung satu putaran.
“Kalau memang nanti Pilpres berlangsung satu putaran saya berani menutup lembaga saya. Tapi kalau nanti Pilpresnya dua putaran mereka juga harus berani menutup lembaga mereka,” katanya.
Survei LRI ini berbeda dengan hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang menempatkan SBY-Boediono menang dalam satu putaran dengan perolehan suara 70 %.
Dalam survei LSI itu, Mega-Prabowo menyusul berikutnya dengan 18 %, dan JK-Wiranto 7%. 5 persen mengaku tidak tahu dan belum menentukan jawaban.
Survei LRI Lemah Secara Metodologis
Survei Lembagai Riset Informasi (LRI) yang mendapatkan elektabilitas pasangan Jusuf Kalla-Wiranto hanya terpaut empat persen dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono memiliki kelemahan secara metodologis. LRI mengabaikan sejumlah catatan penting yang menentukan validitas representasi pemilih di seluruh Indonesia.
Demikian catatan Direktur Eksekutif Charta Politica Bima Arya Sugiarto menanggapi hasil survei tersebut di Jakarta, Minggu (7/6). Berdasarkan survei LRI, elektabilitas SBY-Boediono saat ini sebesar 33,02 persen, disusul JK-Wiranto 29,29 persen, dan Mega-Prabowo 20,09 persen. LRI adalah organisasi sayap dalam tim sukses pasangan JK-Wiranto.
Hasil survei LRI ini jauh berbeda dengan hasil survei yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia yang dibiayai Fox Indonesia, konsultan politik SBY-Boediono, yang hasilnya disampaikan kepada publik beberapa waktu lalu. Menurut survei LSI, elektabilitas SBY-Boediono mencapai 71 persen, Mega-Prabowo 16,4 persen, dan JK-Wiranto 6 persen.
Bima memaparkan, ketepatan hasil sebuah survei akan sangat ditentukan oleh validitas responden yang dipilih. Sebuah survei yang ingin menggambarkan kecenderungan pemilih secara nasional harus memilih responden sesuai dengan data Badan Pusat Statistik.
Bima menilai, kelemahan LRI terutama pada validitas responden yang dipilih. “Sampel LRI terdiri dari 50 persen desa dan 40 persen kota. Padahal data dari BPS, penduduk yang tinggal di desa 60 persen,” terangnya.
Selain itu, lanjut dia, untuk tingkat pendidikan responden, LRI mengambil responden lulusan SD sebanyak 31,35 persen, SMP 20,18 persen dan SMA 23,33 persen. Padahal data dari BPS 60 persen penduduk Indonesia adalah lulusan SD, 4 persen SMP dan 18 persen SMA.
Selanjutnya, LRI juga tidak valid dalam menentukan sebaran demografi responden. “Berapa sampel di Aceh, Makasar atau Jawa tidak terlihat. Padahal ini penting,” ungkap Bima.
Menurut Bima, responden yang dipilih LRI mayoritas berasal dari golongan menengah ke atas. Jadi, tidak mencerminkan representasi penduduk Indonesia. “Itulah yang membuat elektabilitas JK-Win naik, karena pemilih dari JK-Wim dari golongan itu,” tutur Bima.
Survei Didanai Capres, Johan Silalahi Siap Dituntut
Presiden Lembaga Riset Informasi (LRI) Johan Silalahi membantah jika ada yang menuding didanai calon preisden tertentu. Dia bahkan siap dituntut secara hukum jika terbukti dibiayani tim sukses JK-Wiranto.
“Apabila ada yang bisa buktikan saya menerima dana dari JK- Wiranto, Partai Golkar atau Partai Hanura, maka saya siap dituntut secara hukum,” ujar Johan dalam press conference Survei Nasional 2-5 Juni 2009, Polling Presiden LRI, di Gado-Gado Boplo, Menteng, Jakarta, Minggu (7/6/2009).
Johan mengakui lembaga surveinya dibiayai oleh donatur dan para pengusaha. “Jadi tidak dari capres atau cawapres,” imbuhnya.
Johan membantah disamaratakan dengan Syaiful Mujani dari LSI, yang disebut-sebut telah melakukan kebohongan publik. Mujani pernah menolak mentah-mentah tudingan bahwa LSI mendapat dana dari Partai Demokrat dan SBY. “Tapi akhirnya dia mengaku kalau lembaga surveinya didanai Fox Indonesia, kalau saya tidak begitu,” tukasnya.
No comments:
Post a Comment