www.unik77.tk
all about unik 77 : percaya atau tidak, kalau bisa sih unik setuju ?
sumber :http://justnurman.wordpress.com/2009/06/09/heli-tni-jatuh-dua-anggota-kopassus-tewas/
CIANJUR — Sebuah helikopter milik TNI Angkatan Darat jatuh di perbukitan Rawa Beber, Desa Situhiang, Kecamatan Pagelaran, di kawasan Cianjur bagian selatan, Jawa Barat, kemarin. Heli jenis Bolkow BO-105 dengan nomor registrasi HS-7112 itu jatuh sekitar pukul 14.05 WIB di tengah cuaca hujan deras dan berkabut.
Di antara lima orang yang berada dalam heli, dua orang dinyatakan tewas. Sedangkan tiga lainnya mengalami luka-luka. Mereka yang tewas adalah Komandan Pusat Pendidikan Komando Pasukan Khusus Kolonel Inf. Ricky Samuel dan Kepala Seksi Operasi Kapten Inf. Agung Gunanto.
Adapun korban luka adalah Letnan Dua Agus Sudarsono dari Kopassus dan dua penerbang dari Skuadron XI Serbu Dinas Penerbangan Angkatan Darat Semarang, yakni pilot Letnan Satu Hadi Ismanto dan kopilot Letnan Satu Yuli Sasongko.
Saat dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Cianjur sekitar pukul 19.30 WIB, Hadi dan Yuli dalam keadaan kritis. Karena lukanya yang parah, Yuli kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto di Jakarta.
Dua korban tewas disambut dengan tangis histeris para anggota keluarga mereka yang telah menunggu di rumah sakit. Sekitar seratus anggota Kopassus TNI Angkatan Darat menjaga ketat rumah sakit yang berjarak kurang-lebih 100 kilometer dari lokasi jatuhnya helikopter tersebut.
Dari rekan-rekannya di Kopassus diperoleh keterangan bahwa Agung Gunanto adalah menantu seorang wakil kepala polda di Kalimantan. Istrinya, yakni Puri Andina, dikabarkan sedang dalam perjalanan dari Bandung ketika jenazah Agung tiba di rumah sakit Cianjur.
Panglima Kodam III Siliwangi Mayor Jenderal Rasyid Qurnuen Aquary mengatakan para korban baru saja selesai berlatih di kawasan Ciwidey dan akan kembali ke markas Kopassus di Batujajar. “Mungkin ada masalah saat menghindari cuaca (buruk), lalu jatuh,” ujarnya. “Tadi cuaca gelap sekali.”
Selain menyebutkan buruknya cuaca saat kejadian, Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat Brigadir Jenderal Kristian Zebua belum bisa memastikan apa yang menjadi penyebab kecelakaan. “Kondisi heli rusak berat, tapi tidak terbakar,” kata dia. Ia memastikan TNI akan menyelidiki penyebab peristiwa tersebut.
Kristian juga mengungkapkan, helikopter Bolkow buatan PT Dirgantara Indonesia–di bawah lisensi pabrik Messerschmitt-Bolkow-Blohm (MBB) di Jerman–pada 1988 itu dalam kondisi layak terbang. “Rute terbangnya adalah Batujajar-Cianjur-Cipatat.”
Ia menjelaskan, helikopter itu menjadi bagian dari sarana pendukung latihan rutin yang digelar Kopassus. “Latihan dilaksanakan selama enam bulan. Ini bulan yang pertama,” ujar Kristian.
Detail Heli Bolco BO-105 yang jatuh :
Lokasi jatuhnya pesawat : Kampung Cibuni, Rawa Beber, Cianjur, Jawa Barat.
Waktu : Senin, 8 Juni 2009 sekitar pukul 15.30 WIB.
Spesifikasi NBO-105 CB :
- Awak : 1 atau 2 pilot
- Kapasitas : 4 penumpang
- Panjang : 11.86 m
- Diameter rotor : 9,84 m
- Tinggi : 3.00 m
- Luas baling-baling : 76.05 m
- Berat kosong : 1.276 kg
- Berat take off maksimum : 2.500 kg
- Mesin : 2 Allison 250-C20B turboshaft, masing-masing 313 KW (420 shp)
Kemampuan
- Kecepatan maksimum : 242 km/h (131 knots, 150 mph)
- Kecepatan jelajah : 575 km (310 NM, 357 mi)
- Ketinggian terbang : 5.180 m (17.000 ft)
- Kecepatan menanjak : 8 m/s (1.575 ft/min)
Letda Agus Sudarsono, penumpang selamat kecelakaan helikopter Bolco BO 105 tiba di Instalasi Gawat Darurat RSUD Cianjur, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (8/6) malam.
Lettu Hadi Ismanto, pilot kecelakaan helikopter Bolco BO 105 tiba di Instalasi Gawat Darurat RSUD Cianjur, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (8/6) malam.
Jenazah Co Pilot Lettu Yuli Sasongko yang tewas dalam kecelakaan helikopter Bolco BO 105 tiba di kamar jenazah RSUD Cianjur, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (8/6) malam.
Heli Bolkow Sebenarnya Paling Cocok di Medan Tempur
Helikopter Bolkow-105 atau NBO-105 buatan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) merupakan pesawat heli yang cocok untuk medan tempur. Selain suaranya tidak bising, heli yang mampu mengangkut lima orang penumpang itu juga bisa dipasangi senapan mesin dan juga misil.
Tak heran dengan ketangguhannya, helikopter buatan PTDI itu menjadi heli serbu TNI yang biasa digunakan untuk berbagai operasi tempur atau penyelamatan di wilayah seperti Papua. Sayangnya, produksinya sudah dihentikan dari PTDI.
“PT Dirgantara Indonesia tidak lagi memproduksi NBO-105, lisensi dengan MBB sudah habis,” kata Kepala Humas PT Dirgantara Indonesia, Rokhendi. PT Dirgantara Indonesia sejak mendapat lisensi dari Messershcmitt Bolkow Blohm (MBB) pada 1976 hingga 2009 ini telah memproduksi sebanyak 122 unit helikopter jenis itu.
Namun PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dipastikan tidak lagi memproduksi helikopter jenis NBO-105 karena lisensi dari Messershcmitt Bolkow Blohm (MBB) yang diperoleh PTDI telah habis. Sesuai lisensi setelah produksi ke-122, PTDI tak lagi membuat Helikopter NBO-105. Produk ke-122 dari Helikopter NBO-105 ini selesai dikerjakan PTDI dan telah diserahkan ke TNI AD pada 19 Maret 2009 lalu.
TNI-AD merupakan pembeli pertama (1976) dan pembeli terakhir (2009) helikopter jenis itu. Selain dioperasikan oleh militer, heli itu juga banyak dipergunakan untuk pesawat sipil di dalam maupun di luar negeri.
Perjanjian lisensi dapat dilanjutkan bila memang pasar menghendaki PTDI memproduksi lagi Helikopter NBO-105. “Kalau pasarnya cukup besar, PTDI dapat kembali dipercaya membuat Helikopter NBO-105,” katanya.
Dihentikannya produksi komponen gear box merupakan kendala utama pembuatan Helikopter NBO-105. Pabrikan gear box hanya bersedia memproduksi jika pesanan lebih dari 20 buah.
Rokhendi menyebutkan, TNI sebagai pengguna heli NBO-105 terbanyak. Hal itu merupakan komitmen TNI untuk menggunakan alutsista buatan dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan logistiknya.
PTDI sendiri masih memproduksi helikopter jenis lain, seperti jenis Super Puma dan NB Bell yang di antaranya merupakan pesanan dari TNI. Saat ini, PT Dirgantara Indonesia tengah merakit empat pesawat tipe CN 235 untuk patroli maritim Korea Selatan dan tiga pesawat untuk TNI Angkatan Laut sampai 2011 mendatang.
No comments:
Post a Comment