www.unik77.tk
all about unik 77 : percaya atau tidak, kalau bisa sih unik setuju ?
sumber :http://tidakmenarik.wordpress.com/
INILAH.COM, Jakarta - Rupanya musim pemilu kali ini tidak hanya pengusaha konveksi atau kelompok pengerah massa saja yang kebanjiran order. Pengelola Rumah Sakit Jiwa (RSJ) di sejumlah tempat juga kini menyiapkan diri untuk kebanjiran pasien. Pasien diperkirakan akan berasal dari kalangan politisi yang gagal merengkuh impian menjadi anggota dewan.
Miris memang. Tapi, boleh jadi itu bisa menjadi fenomena yang mewabah usai pesta demokrasi digelar. Sebab, untuk menjadi caleg, para politisi itu menghabiskan uang yang tidak terbilang sedikit. Hampir semua caleg, pastinya sudah menghabiskan dana jutaan rupiah.
Wakil Ketua Komisi I DPRD Nusa Tenggara Barat (NTB), Lalu Abdul Hadi Faishal mengungkapkan potensi sakit jiwa koleganya sesama politisi cukup besar. Terlebih, bila caleg tersebut merupakan pemain baru di pentas politik. “Di sini peranan partai politik yang seharusnya melakukan kaderisasi yang matang,” ujar Hadi.
Seharusnya, pola kaderisasi di parpol tidak berlangsung instan, setahun-dua tahun. Lamanya waktu menempa ‘ilmu politik’ itu penting untuk mengasah kemampuan berpolitik. Terlebih saat ini, sistem yang digunakan tidak lagi nomor urut melainkan perolehan suara terbanyak.
“Apalagi sekarang ini caleg yang meraih suara terbanyak berhak terpilih menjadi anggota legislatif, baik pusat, provinsi maupun kabupaten/kota. Sedangkan jika tidak terpilih, kemungkinan mengalami stres terutama caleg yang kurang matang kesiapan mentalnya,” prediksi Hadi.
Dirinya menduga dengan banyaknya caleg dan sulitnya cara memilih maka dikhawatirkan angka suara tidak sah akan membengkak. Alhasil banyak pula caleg tidak meraih suara sebanyak yang diinginkan. Padahal, di satu sisi, para caleg terus berlomba-lomba mengampanyekan diri sendiri.
Merebaknya dugaan fenomena ini membuat Menteri Agama Maftuh Basyuni gelisah. Mantan Dubes Arab Saudi ini berharap para caleg yang kini bertarung siap menerima realita politik. Intinya, caleg yang kalah harus senang melihat pesaing politiknya menang.
“Caleg tentu menginginkan menang, tidak ingin kalah sehingga akan terjadi gesekan-gesekan. Untuk itu saya ingatkan kepada caleg harus siap kalah dan menang, ” pinta Maftuh.
Dalam pandangannya, ukuran keberhasilan pemilu adalah adanya peserta yang siap kalah dan menang. Hal ini penting agar tercipta pesta demokrasi yang aman damai serta melahirkan pemimpin yang amanah. “Pemilu nanti ukurannya adalah siap kalah dan menang, dalam artian caleg yang kalah harus senang melihat saudaranya yang menang. Itu baru menyontoh apa yang telah dilakukan oleh para sahabat Rasullah Muhammad SAW, ” bebernya.
Ia menambahkan adanya persaingan dalam pemilu adalah hal wajar. Namun bukan berarti lantas timbul permusuhan antara yang menang dan yang kalah hanya karena merasa tidak senang. “Akui kekalahan dan dukung mereka yang menang karena ukuran sukses pemilu bukan saja berhasil memenangkan pertarungan politik tetapi sejauh mana pesertanya mampu menciptakan pemilu yang elegan,” tandasnya.
Hasil survei kesehatan mental rumah tangga (SKMRT) pada 1995 menunjukkan gejala gangguan kesehatan jiwa pada penduduk rumah tangga dewasa di Indonesia, yakni 185 kasus per seribu penduduk. Selain itu, gangguan mental emosional pada usia 15 tahun ke atas mencapai 140 kasus per seribu penduduk. Sementara pada rentang usia 5-14 tahun mencapai 104 kasus per seribu penduduk.
Psikolog Tika Bisono menjelaskan kesehatan jiwa seseorang sangat menyangkut pada masalah well-being atau intensitas seseorang sebagai manusia. Sehat jiwa mencakup perilaku, pikiran, perasaan sehat, dan bahagia serta mampu menghadapi tantangan hidup. Artinya, orang yang sehat jiwa akan dapat mempercayai orang lain dan senang menjadi bagian dari suatu kelompok.
Taraf gangguan jiwa pun beragam. Mulai dari yang sangat ringan, tidak memerlukan perawatan khusus seperti kecemasan dan depresi. Kemudian bertahap ke tingkat ketagihan Napza, alkhol dan rokok, dan kepikunan pada orangtua. Tahap paling berat adalah skizofrenia dimana penderita tak mampu lagi membedakan antara kenyataan dengan khayalannya sendiri.
Dan bukan tidak mungkin, menurut staf pengajar Fakultas Kedokteran UI Ari Fahrial Syam, para caleg yang gagal terpilih itu akan menderita gangguan fisik. Sebab, keseimbangan saraf otonom, sistem hormon, organ dan pertahanan tubuh terganggu. “Stres merupakan faktor utama terjadinya gangguan jiwa yang berdampak pada gangguan fisik atau psikosomatik,” kata Ari.
Fenomena ini tentu tidak bisa disepelekan. Apabila kondisi ini benar terjadi maka yang paling pertama yang disalahkan adalah parpol. Karena, ini adalah kegagalan parpol dalam menciptakan kader yang tidak hanya siap menang tetapi juga matang secara politik yang tentu saja dapat menerima kekalahan.
1 comment:
keeeeeerrrreeennnnzzzzz!!!!!!!
aaaaaaabbbbbbiiiiiissssss!!!!!
and
sukses ya buat unik 77.........
Post a Comment