Kolonel Yuri Gagarin dari Uni Soviet dulu adalah manusia pertama yang berhasil mengorbit bumi tahun 1961, lebih dari 40 tahun yang lalu. Kurang dari satu tahun kemudian, astronaut amerika John Glenn juga berhasil mengorbit bumi.
Tapi minggu lalu, Dennis Tito, seorang turis kaya yang bukan astronaut atau kosmonaut profesional, dengan mudah dan rileks mengorbit bumi 120 kali lebih, ketika dia berada dalam stasiun antariksa internasional yang sedang dibangun.
Timbul pertanyaan bagi banyak orang, buat apa membuang banyak uang terbang ke ruang angkasa, sedangkan banyak persoalan di bumi yang patut diselesaikan. Kata mereka, dana yang sangat besar itu lebih baik dipergunakan untuk membantu orang miskin, untuk membuat obat atau vaksin yang akan menghilangkan penyakit gawat seperti AIDS dan kanker, mencari dan membuat bahan bakar baru yang non-konvensional, yang murah, yang tidak menimbulkan polusi, dan tidak meningkatkan suhu bumi.
Tapi, kembali ke masalah penjelajahan ruang antariksa, ini adalah salah satu proses evolusi dan proses belajar yang harus dilakukan manusia. Seperti juga seorang anak kecil yang harus belajar berdiri, sebelum bisa berjalan dan kemudian lari. Itu baru dilihat dari sudut ketrampilan fisik saja; sebab setelah itu dia harus belajar lagi, mulai dari SD sampai ke perguruan tinggi, sebelum dia bisa melakukan pekerjaan yang bermanfaat dan disukainya.
Sejak ribuan tahun, dongeng-dongeng manusia dari banyak bagian bumi selalu mengisahkan adanya makhluk perkasa yang bisa terbang; ada yang terbang dengan sayap dan kekuatan sendiri, dan ada yang menggunakan berbagai peralatan.
Sejak 50 tahun terakhir ini, selalu saja ada kisah-kisah tentang makhluk angkasa luar yang katanya datang ke bumi dengan menggunakan piring terbang atau alat lain semacamnya, yang disebut Unidentified Flying Object, UFO, atau benda terbang yang tidak dikenal.
Semua kisah seperti itu selalu dibantah oleh pihak pemerintah. Tapi minggu lalu, di kota Washington berkumpul lebih dari 20 orang pakar, pilot dan bekas pejabat yang katanya siap memberikan keterangan resmi kepada Kongres Amerika, bahwa mereka pernah melihat sendiri benda-benda terbang yang tidak dikenal itu.
Salah seorang dari mereka malahan mengatakan dalam sebuah wawancara pers yang dihadiri banyak wartawan, dia pernah melihat makhluk asing yang sudah mati dan masih hidup dalam piring terbang yang jatuh di sebuah kawasan di Amerika.
Kata para pakar UFO itu, pemerintah sengaja merahasiakan dan membantah laporan-laporan seperti itu untuk kepentingannya sendiri. Salah satu alasan yang paling sering diberikan untuk itu katanya, adalah untuk mencegah timbulnya panik atau ketakutan pada manusia. Kata mereka, kalau saja pemerintah mau mengakui adanya makhluk-makhluk cerdas yang datang dari planit lain dan mempelajari teknologi yang mereka miliki, paling tidak rakyat Amerika tidak perlu lagi membayar harga mahal untuk bahan bakar, bensin dan ongkos listrik.
Kenapa tidak? Karena, kalau makhluk asing itu bisa datang ke bumi, itu berarti mereka telah berhasil membuat pesawat antariksa yang bisa terbang bermilyar-milyar km dengan kecepatan cahaya atau lebih cepat lagi. Teknologi seperti itu jelas bisa dimanfaatkan untuk menanggulangi krisis energi yang selalu dialami dunia. Seorang wartawan yang hadir dalam wawancara pers itu bertanya; kalau memang makhluk angkasa itu cerdas luar-biasa dan punya teknologi yang jauh lebih maju dari yang dimiliki manusia, buat apa mereka datang jauh-jauh kemari?
Dr Steven Greer, ketua kelompok pakar UFO itu mengatakan: karena para makhluk asing itu khawatir melihat perkembangan di bumi dimana satu kelompok manusia siap untuk menghancurkan kelompok lainnya dengan senjata nuklir.
Atau dengan kata lain, karena tidak lagi sibuk memikirkan soal-soal dasar seperti mencari uang, dan menghasilkan lebih banyak bahan makanan dan obat-obatan, para pakar dari planit lain itu datang ke bumi untuk memantau tingkah laku manusia, dan mungkin untuk mencegah mereka membuat kesalahan fatal.
sumber :
- www.voanews.com
- www.bestufopictures.com
- www.space-tourism.ws
- www.my.execpc.com
No comments:
Post a Comment